Rabu, 02 September 2009

PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN

Kemarin pada 29-31 Agustus 2009 saya mendapat kesempatan mengikuti lokalatih Fasilitator Gaul yang diselenggarakan BPM-PPA. Pada kesempatan tersebut Ridho Saiful Azhari (Ipul begitu akrab disapa) sengaja diundang dari CERAH Institut di Surabaya sebagai fasilitator.
Dalam kegiatan ini secara tidak sadar saya diajak mengosongkan diri dan merefleksikan perjalanan hidup sejak lahir. Merajut arti keagungan manusia. Betapa mulia manusia diciptakan. Mengokohkan keyakinanku bahwa tak seuntai pun dalam bait-bait narasi kehidupan manusia hampa makna.
Manusia adalah makhluk yang unik. Keunikannya hanya dapat terbaca dari cara pandang yang unik pula; pemahaman yang "lugu" atas fitrah manusia; hasrat membara yang bersinar dari kekosongan menerangi jagad hati sebagai isyarat untuk menilai sesuatu menurut kodratnya. Manusia yang telah terlanjur terjebak dalam jurang pembodohan yang menghinakan, harus membuang jauh-jauh hasrat dirinya tahu menahu tentang orang lain. Yang ia lihat, dengar dan rasakan bukanlah yang terjadi pada dirinya dulu. Tapi gejala alam baru yang mudah dipahami sebagai pelajaran baru.
Kegiatan ini melatih saya untuk menjadi fasilitator yang menjunjung tinggi fitrah manusia. Setiap manusia memiliki keagungan yang berbeda. Tidak ada ruang untuknya sebagai orang yang rendah atau murahan. Hanya saja untuk mengetahui keagungannya membutuhkan kecermatan dan reaksi bijak dalam mengapresiasi. Keagungan itupun tampak dengan sebenar-benarnya sebagai identitas diri dan pelajaran penting bagi yang lain.
Saya dilatih dan diperlakukan begitu istimewa. Hal ini menjadi kesempatan baru untuk lebih banyak lagi belajar pada orang lain dengan menilai orang secara bijak. Serta untuk melayani ruang apresiasi insan-insan istimewa menemukan keagungannya.
Saya semakin yakin, selama ini saya "diperbudak" tingkah manusia yang arogan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar