Senin, 14 September 2009

PATRICK MOORE DUKUNG NUKLIR?


Patrick Moore salah seorang pendiri Greenpeace pada tahun 1971 di Kanada. Melalui Greenpeace banyak yang ia lakukan untuk menolak pembangungan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di dunia. Karena kesungguhan dan kegigihannya tersebut pada tahun 1977 ia terpilih sebagai presiden Greenpeace Foundation. Kronologi penolakan Patrick tidak lepas dari bencana kecelakaan PLTN Chernobyl. Kekhawatiran terjadinya kecelakaan berikutnya membulatkan tekadnya untuk terus mengampanyekan "tolak nuklir, tolak nuklir, tolak nuklir".
Namun belakangan terdapat pernyataan Patrick yang sangat mengejutkan. Ia justru mendukung energi nuklir sebagai respon solutif terhadap pemanasan global.
Sebagaimana dikutip di majalah CHIC No. 41 2009 ia mengatakan: "Pandangan saya telah berubah, karena energi nuklir adalah satu-satunya sumber listrik yang tidak memancarkan gas rumah kaca, yang dapat secara efektif menggantikan bahan bakar fosil, guna memenuhi permintaan energi yang semakin bertambah".
Sejumlah kawan mengecam pernyataannya sangat tidak beralasan. Bahkan terkesan oportunis. Mungkinkah ia telah diperbudak uang yang maha kuasa?

Jumat, 04 September 2009

KISAH NYATA

Berikut ini sepenggal kisah insan cendikia yang tidak dapat jujur pada hati nuraninya sendiri. Pasalnya, Universitas Wiraraja (UNIJA) yang dimotori oleh DR. Ir. Ida Ekawati, MP sebagai rektor mendukung penuh terhadap rencana pembangungan PLTN di Madura. Namun pada kesempatan yang lain mahasiswa UNIJA yang diorganisir Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNIJA, menolak dengan tegas terhadap pembangunan PLTN di Madura.
Mohon berhenti sejenak, bayangkan bagaimana ini terjadi. Lalu bikin sebuah gambar mewakili imajinasi anda barusan.
Oke lanjutkan,,,,,
Hal ini terjadi tahun 2006 kemarin dan diberitakan oleh banyak media. Berikut ini akan saya selipkan naskah asli berita yang dipublikasikan dinas INFOKOM dari masing-masing kubu.
Berikut ini berita tentang dukungan UNIJA terhadap pembangunan PLTN yang diberikatan oleh Yasik dan Esha dari News Room INFOKOM pada Selasa, 28 Februari 2006:
"Kendati banyak ditentang oleh beberapa kalangan terkait rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Madura, namun Universitas Wiraraja (UNIJA) Sumenep tetap mendukung realisasi pengembangan nuklir di Madura. Bahkan UNIJA siap menerima kecaman dari pihak manapun atas persetujuan sikap program nuklir itu.
Ketua Yayasan Universitas Wiraraja Sumenep, Drs. H. Kurniadi Wijaya, M.Si mengatakan, dibandingkan dengan kecelakaan lalulintas, korban radiasi nuklir masih jauh lebih sedikit yang tidak sampai 1 prosennya, itu pun akaibat terjadi kebocoran radiasi.
Selama ini, negara berkembang telah dibodohi oleh negara-negara maju, tentang bahaya nuklir, padahal, sebenarnya mereka juga menggunakan dan mengembangkan tenaga nuklir itu sebagai bahan alternatif terhadap kebutuhan energi.
H. Kurniadi Wijaya yang juga Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sumenep ini menjelaskan, saat ini Universitas Wiraraja sedang bekerjasama dengan Badan Tenaga Atom dan Nuklir (BATAN) Nasional untuk pengembangan pertanian di Sumenep."

Namun sembilan bulan berikutnya mahasiswa UNIJA angkat bicara. Mereka menolah rencana pembangunan PLTN di Madura. Demikian berita yang diluncurkan dari news room INFOKOM:
"Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Wiraraja Sumenep menolak lembaganya untuk berkerja sama dengan BATAN dalam rangka pengembangan PLTN di Madura. Meraka melakukan aksi penolakan bersamaan dengan acara Workshop on Publik Information and Education Desalination antara UNIJA, BATAN dan IEIA di Hotel Utami Sumekar Sumenep, Selasa pagi (28/11).

Ditemui disela-sela aksinya, Ketua BEM UNIJA, Sugianto menjelaskan, pembangunan PLTN bukan alternatif terakhir untuk mengembangkan dan membangkitkan listrik, tetapi masih banyak cara untuk pengembangan listrik, seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), karena PLTN akan membahayakan ekosistem sekitar pembangunannya. BEM UNIJA tetap akan menolak pembangunan PLTN di Madura, mengingat PLTN itu pemanfaatannya bukan untuk masyarakat Madura, tetapi sekitar 80 prosen pengembangan listrik dengan PLTN itu untuk masyarakat luar Madura.

Sugianto mengatakan, meskipun pemerintah mengatakan bahwa pembangunan PLTN terjamin keamanannya, tetapi efek negatifnya tidak sepadan dengan efek positifnya.

Ditempat yang sama Rektor UNIJA Sumenep, Dr. Ir. Ida Ekawati, MP menandaskan, aksi penolakan mahasiswa itu merupakan dinamika sebagai pendorong civitas lembaganya. Namun yang pasti UNIJA telah melakukan sosialisasi kepada mahasiswa, baik dampak positif dan negatif dari teknologi nuklir ini, hanya saja kemungkinan sebagian dari mahasiswa yang menolak itu belum sempat mengikuti sosialisasi dan memahami penggunaan teknologi nuklir secara utuh.

Menyoal sosialisasi kepada masyarakat, Ida Ekawati mengaku, selama ini pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dibeberapa Kecamatan, bahkan dalam sosialisasi ini pihaknya juga menjabarkan keuntungan dan kerugian dari penggunaan tenaga nuklir tersebut".

Semoga kebenaran sejati akan meluruskan semuanya...
Dapatkan lebih banyak lagi info tentang Sumenep di: http://www.sumenep.go.id/

Rabu, 02 September 2009

PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN

Kemarin pada 29-31 Agustus 2009 saya mendapat kesempatan mengikuti lokalatih Fasilitator Gaul yang diselenggarakan BPM-PPA. Pada kesempatan tersebut Ridho Saiful Azhari (Ipul begitu akrab disapa) sengaja diundang dari CERAH Institut di Surabaya sebagai fasilitator.
Dalam kegiatan ini secara tidak sadar saya diajak mengosongkan diri dan merefleksikan perjalanan hidup sejak lahir. Merajut arti keagungan manusia. Betapa mulia manusia diciptakan. Mengokohkan keyakinanku bahwa tak seuntai pun dalam bait-bait narasi kehidupan manusia hampa makna.
Manusia adalah makhluk yang unik. Keunikannya hanya dapat terbaca dari cara pandang yang unik pula; pemahaman yang "lugu" atas fitrah manusia; hasrat membara yang bersinar dari kekosongan menerangi jagad hati sebagai isyarat untuk menilai sesuatu menurut kodratnya. Manusia yang telah terlanjur terjebak dalam jurang pembodohan yang menghinakan, harus membuang jauh-jauh hasrat dirinya tahu menahu tentang orang lain. Yang ia lihat, dengar dan rasakan bukanlah yang terjadi pada dirinya dulu. Tapi gejala alam baru yang mudah dipahami sebagai pelajaran baru.
Kegiatan ini melatih saya untuk menjadi fasilitator yang menjunjung tinggi fitrah manusia. Setiap manusia memiliki keagungan yang berbeda. Tidak ada ruang untuknya sebagai orang yang rendah atau murahan. Hanya saja untuk mengetahui keagungannya membutuhkan kecermatan dan reaksi bijak dalam mengapresiasi. Keagungan itupun tampak dengan sebenar-benarnya sebagai identitas diri dan pelajaran penting bagi yang lain.
Saya dilatih dan diperlakukan begitu istimewa. Hal ini menjadi kesempatan baru untuk lebih banyak lagi belajar pada orang lain dengan menilai orang secara bijak. Serta untuk melayani ruang apresiasi insan-insan istimewa menemukan keagungannya.
Saya semakin yakin, selama ini saya "diperbudak" tingkah manusia yang arogan.

Selasa, 01 September 2009

mata itu

di penghujung musim sekarat nan pekat
aku memulai mencatat detik sebagai penghuni baru jagad raya
wajah binar mengelilingiku
: tak ada alang kepalang menyertaiku

tapi, itu hanya ceritera para tetangga
yang ikut menyaksikan detik-detik ibu melahirkanku
: akhir yang indah dari perjalanan penuh gundah
begitu dapat kusimpulkan

aku hanya bisa membayangkan, sekarang!
panca indera masih sebatas tanda kala itu
aku masih seperti anak-anak para tetangga
Ibu pun sumbringah

tapi, Bu
seandainya dulu dapat kusaksikan binar matamu
tentu akan menjadi cahaya cinta tulusku kepadamu
di manakah gerangan mata itu, Ibu?
ingin tatapannya menyorot jantungku
membuka mata hatiku
bening, sebening nuranimu
yang mengandungku selama sembilan bulan dilalui

Ibu, izinkan aku mencari mata itu
barangkali dapat mengabadikan keberanian dan ketulusanmu di hatiku

muhammad izzy, pada 00.00 WIB
guluk-guluk, 31 Mei 2008