Ada banyak pertanyaan tentang mencuatnya lagu Mbah Surip. Kenapa lagu yang seperti itu tiba-tiba booming dan merambah segala penjuru dalam “sekejab”. Lagu-lagu gokil atau lirik yang bernuansa humor semakin laris di masyarakat.
Tentu musik tidaklah sedekar musik. Lirik tidak terangkai begitu saja. Dan tak selamanya harus “melalui” penekuran inspirasi yang dalam atau isyarat hati yang penuh misteri. Musik lahir karena perannya yang menjadi keniscayaan dalam suatu masa. Dan musik akan abadi bersama zamannya. Karena kehidupan dan musik tak ubahnya dua mata uang yang menyatu menjadikan kehidupan yang indah penuh nada dan irama.
Sebenarnya musik tidaklah harus dicipta dan dirangkai oleh manusia. Musik ada di sekitar kita. Di manapun kita berada. Karena musik adalah kehidupan itu sendiri. Namun tak semua orang sadar bahwa tak sekejab pun dalam hidup ini berlalu tanpa musik. Manusia mencipta alat musik, lagu-lagu, lalu menyanyikannya karena kerinduannya pada irama dan nada yang pernah dirasa. Mereka tak sanggup menanggung kerinduan itu dan mencoba mengabadikannya dalam narasi dan dilantunkan dengan iringan musik yang dibuatnya.
Jika orang-orang mempertanyakan kenapa lagu-lagu mbah Surip yang terkesan guyonan dan asal-asalan digandrungi banyak orang. Tidak lain karena itulah keniscayaan pilihan yang tergerak dari naluri suci setiap insan. Orang-orang suka lagu-lagu Mbah Surip bukan karena memiliki narasi yang seakan mengilustrasikan perjalanan hidupnya. Namun naluri alamiah yang secara spontan merasa senang dan tenang saat menyimaknya. Itulah ekspresi paling tulus setiap pribadi seseorang. Semua orang di Indonesia hampir stress dan depresi dengan keadaan negeri ini yang menjauhkan penduduknya dari jati dirinya yang hakiki. Mereka jenuh untuk menjalani hidupnya dengan sungguh-sungguh.
Bagi Mbah Surip, musik adalah jalan hidup. Ia lakukan apapun untuk musik. Dan ia abdikan hidupnya melalui musik. Termasuk juga cara dia mengungkapkan aspirasinya. Lagu-lagunya yang berlirik dan beraransemen asal-asalan dan apa adanya itu ia menyebutnya sebagai upaya “belajar salah”. “Belajar Salah” bukan bermaksud untuk belajar mencuri, berbohong, atau menipu, melainkan merupakan sebuah sindiran Mbah Surip bagi orang-orang yang selalu merasa benar sendiri tanpa menghiraukan orang lain.
Pada dasarnya semua orang punya naluri untuk berbuat baik dalam hidupnya. Namun naluri itu akan musnah begitu saja saat segala kemungkinan dirasa mustahil. Saat negeri ini tak terkirakan betapa memiriskan, semua orang tergerak hatinya bagaimana negeri ini dapat jaya. Seandainya dapat mereka jangkau, setiap pribadi itu akan memperbaiki semampunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar