Minggu, 04 Oktober 2009

GRAFOLOGI: Sebuah Perkenalan dengannya

Dua hari lalu aku tidak bisa tidur hingga puluhan menit setelah aku merasa sangat ngantuk. Tanpa sengaja saat aku merebahkan sebelah tubuhku di sepanjang batang guling yang tergeletak kaku, tanganku terhempas di atas tumpukan koran bekas yang telah lama tak terjamah. Kuambil sekenanya dan kubaca di bagian etalase. Terdapat sosok perempuan yang seakan menatapku agak membelakangi. Ada satu kata yang tak aku mengerti. Lalu kubuka halaman 34 sesuai perintah untuk membaca selengkapnya.

Di halaman tersebut terdapat empat petak untuk empat tulisan yang berbeda. Kubaca satu persatu keempat tulisan tersebut mengisahkan empat orang grafolog Indonesia. Entah di menit yang keberapa puluh aku bisa melahap seluruh halaman itu tanpa satu katapun yang tersisa.

Tulisan-tulisan tersebut menyisakan relasi antara hasrat, keinginan dan kemampuan di dalam otak. Hingga terbersit untuk mengurungkan tidur dan kembali ke kantor untuk browsing. Ingin aku melahap habis artikel-artikel dan buku-buku grafologi malam itu. Namun karena beberapa hal yang sangat sederhana kuputuskan untuk tidur. Biar besok saja aku pelajari itu semua.

Namun otak tetap saja berputar menggilas rasa kantuk hingga habis sama sekali. Tak sabar rasanya menunggu hari esok.

Entah pada berapa jam kemudian aku pun tertidur. Namun sepertinya otak tidak bisa tidur. Di tengah malam aku selalu terbangun hingga jam 3 dini hari mataku terbuka lagi. Aku pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ingin rasanya matahari terbit begitu cepat. Karena aku akan mendapatkan ilmu baru hari itu. Hasrat itu begitu lugu menggerakkan hati untuk terus mencari.

Lama-lama teringat pada suatu waktu di masa lalu. Kala itu kuambil selembar koran yang tersobek di tengah jalan. Berita-beritanya menggelikan waktu itu. Seluruhan isinya berita kriminal seksual yang menyimpang. Mulai dari pemerkosaan perempuan tak berkelamin hingga kasus menyetubuhi mayat seorang gadis yang telah 7 hari dikuburkan.

Sebelum kubuang koran itu mataku tertuju pada kolom kecil di pojok bawah yang memanjang di bagian pinggir. Mengenali potensi seksual perempuan dari tulisan tangannya. Begitu judul di kolom kecil itu. Jika tulisannya bersambung, perempuan itu hanya bisa ejakulasi satu kali. Namun butuh waktu lama. Sedang perempuan yang tulisannya pecah satu sama lain, ia cepat ejakulasi. Tetapi dapat ejakulasi lebih dari satu kali.

Ternyata grafologi tidak benar-benar baru kutemui malam itu. Hanya saja sekarang seakan mendapat ilham tentang ilmu itu. Dengan ilmu itu bisa membaca karakter, potensi dan kondisi kejiwaan seseorang. Hati kecilku mengisyaratkan, saya harus menguasai ilmu itu. Sekalipun tidak untuk menjadi grafolog yang bisa dibayar mahal dengan menjadi HRD perusahaan. Setidaknya saya mampu menemukan potensi diri saya sendiri sebelum membuat orang lain menemukan potensi dirinya.

***

Keesokannya, tepatnya kemarin 4 Oktober 2009 dua artikel kubaca. Aku berhenti sejenak setelah kubaca dengan cermat. Ternyata aku tidak begitu baik kuasumsikan. Namun sesekali aku tertawa kecil pada diri sendiri dengan hasil penafsiranku melalu oret-oretan pada secarik kertas.

Tepat jam 11.00 WIB aku beranjak dari depan komputer. Aku harus masuk kuliah. Di sepanjang jalan menuju kampus otakku kembali berputar. Siapa kira-kira di kampus yang akan kumintai menulis di secarik kertas dan menandatanginya tiga kali dengan tanda tangan yang sama. Sesampainya di kantin kampus, dua teman sesemester duduk satu meja. Saat mereka mau memulai pembicaraan aku potong dan kuminta buku agendanya lalu memintanya tanda tanga tiga kali. Lalu kujelaskan kepribadian dan kondisi kejiwaannya. Mereka terkejut dan mengira aku memiliki ilmu ghaib. Kemudian memaksaku untuk menjelaskan apa yang baru saja aku lakukan. Mereka begitu jujur memperlihatkan kalau tafsiranku benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar